Dalam sejumlah project virtualisasi (khususnya yang terkait dengan implementasi solusi Disaster Recovery), tidak jarang saya mendapati pertanyaan dari customer seputar metode dalam mengkalkulasi kebutuhan dari sisi bandwidth yang ditujukan untuk replikasi antar site (baik DC maupun DRC). Ataupun pertanyaan serupa lainnya seperti menentukan RPO (Recovery Point Objective) yang ideal dengan keterbatasan infrastruktur yang ada. Umumnya tidak ada jawaban sederhana untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubung hal ini berkaitan dengan sejumlah parameter tertentu.
Adapun sejumlah kondisi yang dapat mempengaruhi kebutuhan bandwidth untuk replikasi antar site meliputi sejumlah hal berikut:
- Ukuran dari data yang diproteksi
Sebelum proses replikasi dijalankan tentu dibutuhkan seleksi terhadap sistem atau aplikasi mana saja yang terhitung layak untuk diproteksi. Dalam sejumlah case yang saya temui, umumnya hanya terdapat sejumlah kecil dari aplikasi core business yang terbilang layak untuk direplikasi. Perlu diketahui pula bahwa semakin besar data dari suatu sistem atau aplikasi yang diproteksi tentunya mengakibatkan semakin besar pula kebutuhan traffic replikasi antar site. - Tingkat perubahan data
Dapat dikatakan bahwa tingkat perubahan data (terhadap sistem atau aplikasi yang diproteksi) merupakan komponen utama dalam menghitung kebutuhan bandwidth yang dibutuhkan untuk proses replikasi antar site. Sebagai contoh, jika terhadap sistem atau aplikasi terproteksi dengan total kapasitas data 500GB diasumsikan memiliki tingkat perubahan data sebesar 10% perhari, maka total data yang ditransfer antar site akan berkisar diangka 50GB. - Recovery Point Objective (RPO)
RPO juga merupakan komponen utama lainnya dalam mengukur kebutuhan bandwidth yang ditujukan untuk replikasi. Secara definisi RPO merupakan periode waktu maksimum terhadap data yang hilang yang dapat ditoleransi ketika suatu insiden bencana terjadi. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa semakin pendek durasi dari RPO yang diinginkan maka semakin besar pula kebutuhan bandwidth yang perlu dipenuhi.
Dengan mengambil asumsi contoh sebelumnya, jika terhadap suatu sistem atau aplikasi terproteksi dengan total kapasitas data 500GB (berikut asumsi perubahan data sebesar 50GB perhari), memiliki RPO selama 1 jam maka dapat dikatakan jika pemilihan bandwidth yang sesuai sebaiknya dapat memenuhi kebutuhan replikasi data setidaknya sebesar 2GB untuk setiap jam.
Ilustrasi sederhana tersebut secara tidak langsung menunjukkan keterkaitan antara tingkat perubahan data dan RPO dalam mendefinisikan kebutuhan bandwidth.
Meski demikian, sejumlah solusi replikasi tertentu telah memiliki alat bantu untuk menghitung kebutuhan bandwidth yang ada. Alat bantu tersebut ada yang terintegrasi langsung dalam solusi replikasi tertentu maupun disediakan oleh pihak ketiga. Khusus untuk metode replikasi berbasis host seperti VMware vSphere Replication, kebutuhan dimaksud setidaknya dapat dipenuhi dengan vSphere Replication Capacity Planning Appliance. Alat bantu yang merupakan bagian dari program Flings dari VMware ini dapat digunakan secara free. Bagi yang belum terlalu familiar dengan program ini, dapat saya katakan bahwa Flings merupakan suatu media yang menyediakan aplikasi maupun sejumlah alat bantu bersifat non komersial yang dibuat oleh para engineer dari VMware dengan tujuan untuk diujicobakan kepada para pengguna. Jika dianggap menarik dan memnuhi kebutuhan dari sejumlah besar pengguna, bukan tidak mungkin aplikasi atau alat bantu tersebut akan tersedia secara komersial di masa depan.
Kembali ke fokus utama dari artikel ini, vSphere Replication Capacity Planning Appliance sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya dapat diunduh melalui link berikut:
http://labs.vmware.com/flings/vsphere-replication-capacity-planning-appliance
Proses instalasi dan deployment-nya sendiri terbilang relatif sederhana.
- Setelah mengekstrak file arsip tersebut, lakukan deployment OVF file yang tersedia via vSphere C# Client atau vSphere Web Client. Pastikan untuk menyesuaikan OVF file yang digunakan dengan aplikasi vSphere Client digunakan. Khusus untuk proses deployment melalui vSphere C# Client (classic), silahkan menggunakan file vSphere_Replication_Traffic_Modeler_OldClient_OVF10.ovf sementara proses deployment via vSphere Web Client dapat menggunakan file vSphere_Replication_Traffic_Modeler_OVF10.ovf.
Menggunakan file OVF yang tidak sesuai hanya akan menyebabkan virtual appliance gagal ketika di-boot.
- Jalankan virtual appliance yang telah di-deploy tersebut. Berikutnya, login menuju console (atau dapat juga via SSH) dari virtual appliance tersebut dengan menggunakan default username/password root/vmware.
- Arahkan direktori menuju /opt/vmware/hbrtraffic
- Selanjutnya, ketikkan perintah berikut:
./bin/configureReplication --vc <vCenter Server Hostname or IP Adddress> --vcuser Administrator --vcpass <Password of vCenter Server> --lwd <IP Address of the virtual appliance> --vmname <Name of the virtual appliance>
- Dengan demikian, VR Traffic Modeler Appliance dapat diakses via browser menuju
https://IP_address_of_the_virtual_appliance:5480/vr-graphs/
Ketika proses replikasi dijalankan, silahkan tunggu beberapa saat (kurang lebih 10-15 menit) sebelum melakukan pengecekan grafik replikasi yang dihasilkan oleh VR Traffic Modeler.
Singkatnya, tool sederhana ini dapat membantu memberikan visibilitas terhadap behavior kebutuhan bandwidth yang diperlukan melalui vSphere Replication.